05/01/13

KITAB RAUDHATU AN-NADZIR WA JUNNATU AL-MUNADZIR

1


Raudlatu an-Nadzir wa Junnatu al-Munadzir; Tamannya para pemikir dan perisainya para pendebat, dari judulnya terbayang isinya.

Iya, kitab yang terbilang masyhur dalam Uhsul Fiqh madzhab Hanbali. Kitab ini dikarang oleh Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Quddamah al-Maqdisy al-Hanbaly atau yang lebih terkenal dengan laqab Muwaffaq ad-Din Ibnu Quddamah (w. 620 H).


Beliau adalah seorang Ulama’ dari Madzhab Hanbali, dilahirkan di Jamma’il daerah Neblus Palestina, pada tahun 541 H. Pada umur 10 tahun, beliau hijrah ke Damaskus ketika Palestina di Jajah oleh Perancis. Ketika umur 20 tahun, 561 H beliau mencari ilmu ke Baghdad dan menetap selama 4 tahun. Pada 573 H beliau pergi haji ke Makkah dan berguru kepada Ulama’ disana[1].

Ibnu Taymiyyah (w. 728 H) pernah berkata: “Tidaklah ada seorang yang datang ke Damaskus yang lebih Faqih setelah al-Auza’i kecuali al-Muwaffaq (Ibnu Quddamah)”[2]

Kitab ini pula yang dipelajari di Universitas al-Imam Muhammad Ibnu Saud cabang Indonesia atau sering disebut dengan LIPIA selama 8 semester.

DIANTARA KITAB KARYA IBNU QUDDAMAH


1. al-Mughni Syarah Masa’il al-Kharaqi, Kitab berjumlah sekitar 10 jilid yang mensyarah Mukhtashar al-Kharaqi (w. 334 H). Bisa dikatakan kitab Mukhtashar al-Kharaqi ini menjadi kitab matan Fiqih pertama dalam Madzhab Hanbali. Kitab al-Mughni karya Ibnu Quddamah adalah kitab syarah al-Kharaqi terbaik, selain syarah yang lain semisal Kifayatu al-Murtaqi karya Abdul Qadir Ahmad bin Badran (w. 1346 H), Syarhu az-Zarkasyi karya Syamsuddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi (w. 772 H), Syarh al-Qadhi Abu Ya’la (w. 458 H). [download al-MughniKlik], [download Mukhtshar al-Kharaqi: Klik]

2. al-Kafi [download kitabKlik]
3. al-Muqni’ [download kitab: Klik]
4. Raudhatu an-Nadzir [download kitabKlik]
5. Dzammu at-Ta’wil [download kitabKlik]
6. Lum’atul I’tiqad[3] [download kitabKlik ] dan masih banyak lagi

HUBUNGAN ANTARA RAUDHATU AN-NADZIR DENGAN AL-MUSTASHFA KARYA AL-GHAZALI (w. 505 H)


Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H), selain terkenal sebagai Ulama’ yang telah menulis Ihya’ Ulum ad-Din, beliau juga seorang Faqih yang telah menulis kitab Al-Mustashfa fi Ushul al-Fiqh. [download kitab: Klik]

Banyak kalangan menyebutkan bahwa kitab Raudhatu an-Nadzir wa Junnatu al-Munadzir memiliki kemiripan. Bahkan bisa dikatakan al-Mustashfa adalah asal dari kitab Raudzatu an-Nadzir[4]. Kadang Ibnu Quddamah menukil satu bab lengkap dari al-Mustashfa dengan lafadznya atau dalam maknanya saja.

Meskipun demikian, Ibnu Quddamah juga mempunyai pendapatnya sendiri. Ibnu Quddamah juga menyebutkan pendapat Ulama’ yang tidak disebutkan oleh al-Ghazali. Atau malah kadang Ibnu Quddamah mendebat pendapat yang dipilih oleh al-Ghazali.

Selain dari kitab al-Mustashfa, Ibnu Quddamah juga mengambil sumber tulisannya dari kitab lain seperti al-'Uddah [download kitab: Klik] karya Abu Ya’la  (w.458 H), al-Mu’tamad [download kitab: Klik] karya Abu al-Husain al-Bashri, at-Tamhid [download kitab: Klik] karya Abu al-Khattab (w. 510 H), al-Wadhih karya Ibnu Aqil dan lain sebagainya.

ISTILAH-ISTILAH YANG DIPAKAI IBNU QUDDAMAH DALAM RAUDHAH
  1. “قال إمامنا”          : Imam disini adalah Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal as-Syaibani (w. 241 H)
  2. “نص عليه”          : yang dimaksud adalah apa yang disandarkan kepada Imam Ahmad, karena “al-Manshush” artinya jelas maknanya tetapi lafadznya tidak sharih[5].
  3. “و عنه”             : yang dimaksud adalah pendapat yang sharih dari Imam Ahmad.
  4. “أومأ إليه”           : yang dimaksud adalah pendapat yang tidak dengan jelas dinisbatkan kepada Imam Ahmad, tetapi dari apa yang difahami dari perkataan Imam Ahmad atau istinbath dari perkataan beliau.
  5.  “ظاهر كلام أحمد” : yang masyhur dari perkataan Imam Ahmad.
  6.  “المذهب”           : yang dimaksud adalah Madzhab Ahmad bin Hanbal.
  7.  “ظاهر المذهب”    : maka yang dimaksud adalah yang masyhur dari pendapat Imam Ahmad (w. 241 H) dari dua kemungkinan pendapat Imam Ahmad.
  8. “اللائق للمذهب”    : yang dimaksud adalah pendapat yang cocok dan sesuai dengan kaedah-kaedah madzhab.
  9. “الروايات” atau “الروايتان” atau “إحدى الروايتان”     : Perkataan-perkataan yang disandarkan kepada Imam Ahmad, baik yang disepakati atau tidak disepakati.
  10. “قال أصحابنا” atau “بعض أصحابنا” : Ashab disini maksudnya Ulama’-ulama Hanbali terdahulu, mulai dari Qadhi Abu Ya’la (w. 458 H) keatas.
  11. “الأشبه كذا”         : yang lebih cocok dengan Ushul dan Qawa’id madzhab.
  12. “الوجه”              : Perkataan sebagian Shahabat Ahmad bin Hanbal.
  13. “فيه وجه”           : maksudnya, pendapat yang masyhur dari Madzhab Hanbali adalah kebalikannya.
  14.  “القاضي”           : al-Qadhi Abu Ya’la (w. 458 H), nama lengkapnya adalah Muhammad bin al-Husain bin Muhammad Abu Ya’la al-Farra’ al-Hanbali.
  15. “أهل الظاهر”        : Ulama’ yang mengambil Dzahir nash, seperti Daud ad-Dzahiri (w. 270 H) dan Ibnu Hazm (w. 456 H)
  16. “أصحاب الرأي”    : Ulama’ yang mengambil Qiyas secara luas
  17. “ولنا”                 : Dalil-dalil dan pendapat yang dipegang oleh Ibnu Quddamah.
  18. “ووجه الرواية كذا”            : Dalil-dalil riwayatnya seperti ini.
  19. “فإن قيل”                        : Bantahan dari lawan Ibnu Quddamah, baik nyata maupun hanya kira-kira saja.
  20. “قلنا”                  : Sanggahan dari Ibnu Quddamah atas bantahan dari pihak lawan
  21. “هذا فاسد” atau “ليس بصحيح” atau “لا يصح”          : Penjelasan Ibnu Quddamah bahwa pendapat lawan tidaklah benar
  22.  “المسلك الثاني”      : Dalil kedua
  23.  “والصحيح كذا”     : Pendapat yang dianggap benar oleh Ibnu Quddamah


SYARAH KITAB RAUDHATU AN-NADZIR

Sepertinya akan susah bagi kita membaca kitab Raudhatu an-Nadzir secara langsung tanpa syarah. Karena memang bahasa yang digunakan Ibnu Quddamah sangatlah ringkas dengan bahasa perdebatan yang kental.

Bahkan dibeberapa cetakan, Ibnu Quddamah memulai kitabnya dengan Muqaddimah Manthiqiyyah. Beliau tuliskan pendahuluan Ilmu Manthiq sebelum masuk kepada bahasan Ushul Fiqih.

Maka sangat penting membaca kitab syarah ataupun pembantu dalam memahami bahasa Ibnu Quddamah. Diantara syarah itu adalah:
-Nuzhatu al-Khathir Syarhu Raudhotu an-Nadzir, karya Abdul Qadir Badran
-Kasyfu as-Satir, karya Burnu al-Ghazi
-Ithhaf Dzawi al-Basha’ir, karya Abdul Karim bin Ali an-Namlah [download kitab: Klik]
Ada juga diagram yang mempermudah masalah khilaf dalam Raudhatu an-Nadzir. Namanya “Tasyjir Raudhatu an-Nadzir. [download kitab: Klik]


[1] Ibnu Rajab, Dzail Thabaqat al-Hanabilah, h. 2/133, ad-Dzahabi, Siyaru A’lami an-Nubala, 22/166, Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, h. 13/100

[2] Ibnu Rajab, Dzail Thabaqat al-Hanabilah, h. 2/133

[3] Dr. Abdul Aziz As-Sa’id, Ibnu Quddamah wa Atsaruhu al-Ushuliyyah, h.93

[4] Sebagaimana ditulis oleh Dr. Mahmud Hamid Utsman, Dosen Ushul Fiqih Universitas al-Azhar Mesir dan Universitas al-Imam Muhammad Ibn Saud Riyadh dalam Mukaddimah kitab Raudhatu an-Nadzir

[5] Al-Mardawi, al-Inshaf fi Ma’rifati ar-Rajih minal Khilaf, h.1/9

1 komentar:

CUDA ACEH mengatakan...

بارك الله فيكم

Posting Komentar